Header Ads

Khameini Adakan Pemilu di Suriah Untuk Mengakhiri Konflik, Benarkah?



Otoritas Iran mengatakan, pemilu harus diadakan di Suriah untuk mengakhiri perang Saudara dan mengkritik kekuatan asing yang membantu dan mendanai pejuang oposisi Suriah, seperti yang dirilis televisi negara pada Minggu kemarin.

"Solusi untuk Suriah adalah Pemilu, dan dengan ini untuk menghentikan bantuan militer dan keuangan untuk oposisi," kata Pemimpin Tertingi Ayatollah Ali Khameini. Dia menambahakan bahwa tujuan AS di Timur Tengah adalah bertentangan dengan Iran dan bernegoisasi dengan Washington  diberbagai masalah regional.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moo mengatakan Sabtu kemarin, dia didorong di pembicaraan di Wina untuk mempertemukan para pemain luar dalam kasus krisis Suriah.

"Saya mendorong bahwa pelaku harus bisa saling pengertian pada sejumlah isu-isu penting," kata Ban dalam konferensi Pers di Jenewa saat bertemu kepala Komite Internasional  Palang Merah (ICRC), Peter Maurer.

Bagian teratas diplomat dari 17 negara, termasuk Iran, serta PBB dan Uni Eropa, menghadiri pembicaraan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada hari jum'at lalu, meskipun rezim Suriah dan oposisi tidak terwakili.

Mereka mencari sumber masalah atas konflik yang telah merenggut seperempat juta jiwa dan memicu eksodus ( perginya) pengungsi ke Eropa.

Menlu Negeri AS John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan mereka telah sepakat bahwa suriah harus berhenti dari konflik sebagai negara sekuler yang bersatu.

Namun, ia dan Lavrov tidak setuju mengenai apakah Presiden Assad harus mundur segera.

Barat dan kerajaan Teluk yang dipimpin oleh Arab Saudi ingin Bassar Assad segera mundur, tapi Rusia dan Iran bersikeras ia memiliki hak untuk berperan dalam transisi yang pada akhirnya menuju pada persatuan dalam pemilu nanti.

Putaran Pembicaraan akan diadakan dua Minggu lagi.

Pada hari Sabtu, Ban dan ICRC Maurer mengeluarkan pernyataan bersama yang menarik untuk segera bertindak, dalam mengatasi masalah ketidakstabilan dan penderitaan manusia di seluruh dunia dan untuk menegakkan hukum kemanusiaan Internasional.

"Jarang terjadi sebelumnya kita menyaksikan banyak orang dipindahkan, ketidakstabilan dan serta banyaknya penderitaan," kata Maurer.

Pernyataan itu mengatakan, konflik dan kekerasan yang telah memaksa 60juta orang lari dari rumah mereka, dan ini menjadi angka tertinggi sejak Perang Dunia 2.

Ban mengatakan dalam sebuah pernyataan, dalam mengahadapi kebiadaban terang terangan, dunia harus merespon dan menegaskan tentang perikemanusiaan dan menegakkan komitmenya terhadap kemanusiaan Internasional.


Penulis: Frian Alvian
Sumber :alarabiya

No comments

Powered by Blogger.