Header Ads

Bertambahnya Pengungsi yang Kian Sulit Teratasi



KEKACAUAN meletus di sebuah kota perbatasan Slovenia, saat ribuan orang ingin menerobos penghalang dan penjagaan brigade polisi, mereka memaksa untuk pergi ke Austria, ini merupakan sebagian dari krisis pengungsi yang sedang berlangsung, yang diklaim merenggut jiwa dari perairan antara Yunani dan Turki.

Terlihat beberapa orang dengan anak-anak yang sedang memegang lengan mereka, mereka terlihat kolap di tengah keributan yang berlangsung pada hari Jumat sore di dekat kamp pengungsi Slovenia di Sentilj di perbatasan dengan Austria.

Al Jazeera, Ivan Corkalo melaporkan dari Sentilj, dia mengatakan diperkirakan 3.000 orang berhasil menyeberangi perbatasan ke Austria, sementara sekitar 4.500 lebih sedang menunggu untuk menyeberang di sisi Slovenia.

"Mereka sangat lelah dan putus asa, karena mereka mencoba untuk menerobos penghalang," katanya, dan dia menambahkan bahwa para pengungsi diharapkan untuk tinggal di daerah sepanjang malam, sampai pihak berwenang di Slovenia dan Austria membuka kembali perbatasan.

Di perkirakan mereka yang tertinggal, sekitar 1.500 pria, wanita dan anak-anak. Mereka berkemah di luar pintu gerbang perbatasan itu, "meringkuk di cuaca dingin, dengan terbatasnya pasokan makanan, air dan pakaian," tuturnya.

"3.000 pengungsi lain tinggal di tenda-tenda darurat," imbuhnya.

Hampir 105.000 pengungsi telah memasuki Slovenia dalam dua minggu terakhir. Banyak dari mereka yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Timur Tengah, Asia dan Afrika.

Ada kekhawatiran bahwa Austria akan menutup perbatasannya dengan Slovenia.
menyusul laporan bahwa mereka berencana untuk membangun pagar untuk "mengkontrol" gerakan pengungsi.

Tragedi laut yang kian bertambah

Jauh di selatan Yunani, setidaknya 17 anak dilaporkan telah tenggelam sebelumnya pada hari Jumat ketika tiga kapal datang dari Turki tenggelam, otoritas pelabuhan Yunani mengatakan kepada Al Jazeera.

Salah satu kapal turun di dekat pulau Rhodes, yang lainnya di dekat pulau Kalymous.

Korban tewas saat ini mencapai 29 orang, menurut pihak berwenang Yunani. Pejabat penyelamatan dan relawan Yunani dan Turki berhasil menyelamatkan 157 orang lainnya.

Pada pertengahan Oktober diperkirakan banyaknya pengungsi yang menyeberangi Laut Aegea dari Turki ke pulau Yunani Lesbos dengan perahu karet kecil yang tajamnya akan berkurang karena cuaca dingin dan laut yang kasar.

Tapi itu tidak menghentikan ribuan pengungsi dan migran yang setiap hari terus berdatangan melakukan perjalanan tersebut untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di Eropa.

Sebagian besar imigran adalah keluarga: Orang tua dan anak-anak kecil tiba dengan basah kuyup dan dingin yang terasa sampai ke tulang setelah mereka berdesak-desakan di perahu saat melewa laut yang berombak.

Setelah sampai di daratan, para orang tua memeluk anak-anak mereka, beberapa juga ada yang kehilangan kesadaran. Kebanyakan dari mereka dari Afghanistan dan Suriah, juga ada sedikit imigran yang berasal dari Irak, Iran, Somalia dan Pakistan.

Para pengungsi menjelaskan bahwa mereka  memiliki anak atau orang tua yang sudah melakukan perjalanan ke Uni Eropa dengan teman dan kerabat pada tahun lalu.

Tapi mereka mengatakan proses Uni Eropa untuk reunifikasi keluarga terlalu lama, dalam banyak kasus bisa sampai satu tahun atau lebih. Situasi pengungsi lebih sulit di negara-negara seperti Turki, Lebanon dan Yordania.

Laut berombak menyebabkan banyak penumpang mabuk, terlihat pelampung anak-anak yang berlumuran muntahan mereka.

Jarak dari Turki ke Lesbos sekitar 5 km, biasanya untuk melakukan perjalanan tersebut para pengungsi bisa membayar sekitar 25 euro untuk tiket Feri. Sebaliknya mereka membayar sekitar € 1.200 atau lebih untuk perjalanan yang berbahaya.

Pada hari Rabu relawan menonton dari atas bukit, terlihat puluhan pelampung oranye terang tersebar di air.

Hanya sedikit yang bisa mereka lakukan untuk membantu orang-orang, penjaga pantai Yunani mengatakan 242 diselamatkan, 11 ditemukan tewas dan banyak lagi yang hilang.

Sebelumnya pada hari Jumat, Alexis Tsipras, perdana menteri Yunani, mencela "ketidakmampuan untuk mempertahankan nilai- nilai" Eropa dengan menyediakan alternatif yang aman untuk perjalanan laut, dan mengatakan geng lah yang menyediakan kapal rapuh yang berbahaya.

Penulis : Habib
Sumber :http://goo.gl/5CX6iJ

No comments

Powered by Blogger.