Trump Larang Imigrasi, Starbucks Janji Pekerjakan 10.000 Pengungsi
Sohafy, New York - Starbucks, telah berjanji untuk
memperkerjakan 10.000 pengungsi selama
lima tahun, dalam menaggapi kebijakan printah eksekutif Donald Trump untuk
sementara waktu, melarang masuk ke AS pengunsi dan bagi siapapun dari tujuh mayoritas Negara-negara Muslim.
Langkah ini muncul bersamaan dengan perusahan-perusahan AS
terkemuka, seperti Alphabet, Amazon,
Ford, Goldman Sachs dan Microsoft, dalam menaggapi kebijakan tersebut.
Howard Schultz, Chife eksekutif waralaba kopi tersebut
mengatakan, dia memiliki “kekhawatiran besar” atas kebijakan presiden AS dan
akan mengambil langkah besar, dimulai dari menawarkan pekerjaan pada para
pengungsi.
"Kami sedang
mengembangkan rencana untuk mempekerjakan 10.000 dari mereka selama lima tahun
di 75 negara di seluruh dunia di mana Starbucks melakukan cabang," katanya dalam sebuah nota
kepada kariyawanya.
Schultz menambahkan bahwa langkah itu meperjelas perusahaan
"tidak akan hanya berpangku tangan atau diam saja, sementara
ketidakpastian di seputar tindakan pemerintah yang baru terus tumbuh setiap
harinya."
Dia mengatakan fokus awalnya akan diperuntukan bagi
pengungsi di AS, dan bagi para pengungsi yang sudah berjasa menjadi penerjemah
bagi militer AS. Tapi belum jelas kapan waktu lima tahun itu akan dimulai, atau
apakah orang-orang akan dipekerjakan langsung oleh Starbucks atau oleh pemasok.
Perusahaan yang berbasis di Seattle itu juga mengontak para
pekerja yang terdampak oleh pelarangan imigrasi, imbuhnya.
Gerakan ini mendapat dukungan dan cacian di sosial media. Hastag #BoikotStarbucks menjadi trending di Twitter pada Senin pagi(30/1).
Gerakan ini mendapat dukungan dan cacian di sosial media. Hastag #BoikotStarbucks menjadi trending di Twitter pada Senin pagi(30/1).
Sedangkan tujuh Negara yang dilarang masuk ke Amerika
Serikat tersebut adalah, Irak, Suriah, Iran, Sudan, Libya, Somalia and
Yaman.
Reporter: Alvin aliga
Sumber: The Guardian.com
Post a Comment