Iran : Tes Rudal TIdak Melanggar Kesepakatan Nuklir
SOHAFY, Iran – Menurut Menlu Iran, Javad Zarif, tes rudal Iran tidak
melibatkan roket dengan hulu ledak nuklir dan bukan bagiann dari kesepakatan
bersejarah yang ditandatangani dua tahun lalu oleh kekuatan dunia.
Ia menegaskan posisinya pada hari Selasa, sehari setelah
jubir Gedung Putih, Sean Spicer, mengatakan AS telah “menyadari bahwa Iran
telah menembakan rudal” dan “melihat mengarahnya”
Dalam kunjungan rekan Perancisnya, Jean-Marc Ayrault,ia
menyampaikan kepada Wartawan bahwa masalah rudal bukan bagian dari kesepakatan
nuklir.
“Masalah rudal bukan bagian dari kesepakatan nuklir”
katanya.
Mengulangi sikap tradisional Iran, Zarif mengatakan bahwa
rudal negaranya yang “tidak dirancang untuk kemampuan membawa hulu ledak nuklir”.
“Iran hanya menggunakan rudal balistik untuk mempertahankan
diri”, tambahnya.
Seorang pejabat Gedung Putih, yang berbicara dengan tanpa
mau disebutkan, mengatakan tes rudal balistik itu dilakukan pada hari Ahad dari
situs dekat dengan Semnan, Timur Teheran, menurut kantor berita Reuters.
“Rudal balistik jarak menengah dilaporkan meledak setelah
1.010 km”, kata pejabat itu, dengan menambahkan bahwa terakhir kali jenis ini
uji tes diluncurkan pada Juli 2016.
Kesepakatan Rudal
Tes tersebut dilaporkan menuai kecaman secara meluas karena
dikhawatirkan bisa melanggar resolusi PBB yang diadopsi pada tahun 2015, yang
melarang ters rudal balistik yang dirancang untuk memberikan hulu ledak nuklir.
Resolusi itu bagian dari kesepakatan nuklir antara Iran dan
AS, Inggris, Perancis, China, Rusia, dan Jerman.
Senator AS, Bob Corker, ketua Senat Hubungan Luar Negeri AS,
mengatakan bahwa ia akan bekerja dengan para politisi dan pemerintahan Presiden
Donald Trump untuk membuat Iran bertanggung jawab.
Sementara itu, Uni Eropa menyerukan Terehan untuk “menahan
diri dari kegiatan yang memperdalam ketidakpercayaan tersebut”. Jubir Kebijakan
Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Nabila Massrali, mengatakan bahwa tes semacam
itu “tidak konsisten” dengan resolusi PBB.
Sepaham dengan masalah ini, Israel juga mengutuk tes
tersebut.
Selama kampanye pemilu AS, Trump menyebut perjanjian nuklir
sebagai “kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan”, ia mengatakan pada
para pemilih bahwa ia akna mencari kesepakatan yang lebih baik atau merobek
perjanjian tersebut.
Ayrault sebagai perwakilan Perancis, berbicara dari Teheran,
atas keprihatinan tes yang dilaporkan.
“Perancis telah menyatakan keprihatinannya pada kelanjutan
Iran atas uji coba rudal balistik pada beberapa kesempatan,”kata Ayrault.
Dia mengatakan tes lanjutan yang “bertentangan dengan
semangat” dari resolusi Dewan Keamanan.
Namun, ia juga menambahkan,”Kami menaruh keprihatinan yang
mendalam tentang sikap pemerintah AS terhadap perjanjian ini.”
Senada dengan ini, Zarif mengatakan bahwa ia berharap
program pertahanan Iran “tidak digunakan oleh pemerintah baru AS.. sebagai
dalih untuk menciptakan ketegangan baru”.
Setelah pertemuan penting Dewan Keamanan PBB, AS menyebut
bahwa tes tersebut “benar-benar tidak dapat diterima”.
“Kami telah menegaskan bahwa Iran memang memiliki ukurang
sedang pengujian peluncuran rudal,” kata Nikki Haley.
“itu lebih dari cukup untuk dapat meberikan senjata nuklir,”katanya,
ia pun menambahkan bahwa AS tidak naïf.
Dorsa Jabbari, dari Al-Jazeera melaporkan dari ibukota Iran,
Teheran,ia mengatakan bahwa para pejabat Iran bersikeras bahwa negara itu telah
memenuhi pembatasan yang diberlakukan dalam kesepakatan tersebut.
Sementara itu, Rusia mengatakan tes yang
dilakukan oleh Iran tidak bertentangan dengan resolusi PBB.
“Tindakan tersebut, jika mereka telah mengambil tempat,
tidakalah melanggar resolusi,” Sergei Ryabkov,
Wamenlu Rusia, mengatakan kepada
kantor berita Interfax, ia pun mengatakan tuntutan untuk melakukan pembicaraan
PBB yang bertujuan untuk “menambah panas situasi”.
Oleh : Azzam Barbarossa
Post a Comment