Header Ads

Pendiri Google Pimpin Demo Kebijakan Trump, Bos: Perdebatan Menyangkut Nilai-nilai Fundamental.


Sohafy, Protes atas kebijakan larangan imigrasi yang dilakukan oleh presiden AS Donald Trump terus bermunculan dari berbagai lapisan masyarakat. Termasuk petinggi Google yang menentukan kebijakan penentangan tersebut, dan para pekerjanya.
Pendiri Google, Sergey Brin juga berada di tengah-tengah demonstran. Dia juga berpendapat, larangan imigran dari tujuh negara ini merupakan perdebatan menyangkut nilai-nilai fundamental.

"Ini adalah perdebatan tentang nilai-nilai fundamental, tentang pembuat kebijakan dan banyak hal lain yang saya pikir ternyata tidak universal. Tapi saya pikir sebagian besar negara, legislator dan sebagiannya mendukung dan saya pikir itu penting," kata Brin dilangsir Tech Crunch, Selasa 31 Januari 2017.
Brin juga sempat menceritakan bagaimana pertama kali datang ke AS saat usia enam tahun dari Uni Soviet yang kini wilayah Rusia.
"Pada waktu itu, Anda tahu, (Uni Soviet) adalah musuh terbesar yang dimiliki AS," ucapnya.
 Perang Dingin berlangsung saat itu dan ancaman nuklir milik Uni Soviet, tapi AS saat itu mau menampung dirinya beserta keluarganya.
"AS (ketika itu) memiliki keberanian untuk mengambil saya dan keluarga saya sebagai pengungsi," jelasnya.

Kurang  lebih dari 2.000 pekerja Google menolak larangan imigran dari tujuh negara yang mayoritas muslim. Demostran tak hanya dihadiri oleh ribuan kariyawan Google dan Pendiri Google, Sergey Brin, akan tetapi ad juga petinggi Google, seperti Chief Executive Officer Google Sundar Pichai.
"Saya lihat banyak pemimpin dari Google di sini, hari ini. Kami menghabiskan dua jam pagi ini berbicara semua ini. Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan. (Tapi), saya pikir ini penting, kita tetap harus mencapai hasilnya," tutur Pichai.
Ribuan karyawan Google yang melakukan demontrasi  itu tak hanya terkonsentrasi di Mountain View, markas dari Google, tapi juga berlangsung di New York, hingga Seattle.
Sedangkan tuju Negara yang dilarang oleh presiden Donald Trump untuk masuk ke AS adalah Iran, Irak, Sudan, Somalia, Suriah, Libya, dan Yaman.
Reporter: Alvin Aliga
Sumber: VIVA.CO.ID

No comments

Powered by Blogger.