Header Ads

Mengapa Harus Prancis

Membanjirnya pengungsi Suriah ke Eropa mungkin ada sangkut pautnya dengan kasus di Prancis akhir-akhir ini. Pemboman yang menewaskan lebih dari 100 orang. Yang mana mereka menuduh kasus bom ini dilakukan oleh penyusup dari Suriah dan Mesir. Kasus ini hanyalah sebagai tindakan untuk memperburuk citra Islam dan kaum muslimin. Islamphobia terus ditanamkan kepada seluruh penduduk dunia.

Sesungguhnya lucu jika pengungsi yang ingin di tolong dan diterima di tempat tujuannya melakukan ulah yang membuat mereka tidak diterima di tempat tujuannya. Lalu dari mana para pengungsi mendapatkan senjata dan bom setelah ketatnya keamanan di prancis pasca kasus Charlie Hebdo. Serangan Paris ini bisa dikatakan sebagai bahan politik agar perbatasan negara Prancis dan Eropa tertutup rapat untuk para pengungsi Suriah.

Dalam  beberapa laporan, serangan Paris menunjukkan bahwa para penyerang menggunakan AK-47. Ada pula yang mengatakan bom bunuh diri dan ada yang mengatakan granat. Yang menjadi pertanyaan dari mana penyusup dapatkan barang seperti itu ? bagaimana bisa negera sekelas Perancis begitu teledor memeriksa bahan peledak masuk ruangan dalam suatu acara setelah kasus Charlie Hebdo.

Kesimpang siuran jumlah orang bersenjata yang menyerang Paris ini juga terjadi. Berita yang datang dari Fox dan Sky mengatakan bahwa diduga bersenjata telah ditangkap. Bahkan, tersangka diduga menyatakan kepada polisi bahwa mereka adalah anggota ISIS. Mereka juga memberikan semua informasi yang dibutuhkan seperti untuk siapa yang bertanggung jawab atas serangan ini.  Namun ternyata belum jelas jumlah yang ditangkap dan dibunuh.

Mungkin sudah cukup jelas kalau kasus Paris ini hanya untuk menanamkan dan memupuk islamphobia kepada dunia terkhusus di Eropa. Kasus jatuhnya pesawat Rusia di Timur Tengah tidak cukup untuk menyalahkan ISIS. Maka dibuatlah sandiwara baru agar orang semakin anti ISIS dan juga menanamkan Islamophobia di Eropa.

Jika apa yang mereka tuduhkan benar bahwa serangan adalah murni dari penyusup Suriah, maka kita kembali kepada kasus invasi Rusia di Suriah. Karena Prancis juga mendukung tindakan Rusia melakukan invasi ke Suriah dengan alasan kemanusiaan. Namun justru yang diserang tidak hanya apa yang mereka sebut sebagai teroris. Mereka juga menyerang dan membombardir rakyat sipil. Dari sini bisa dipertanyakan mana letak kemusiaannya.

Dukungan Prancis kepada Rusia sangat jelas. Elisabeth Guigou, seorang politisi Prancis yang saat ini menjabat sebagai Presiden Komite Luar Negeri di Majelis Nasional Prancis menilai, Rusia memiliki hak untuk turut melakukan serangan udara di Suriah. Dia juga menilai, serangan Rusia terhadap basis ISIS di Suriah sejauh ini menunjukan hasil yang baik. Padahal sejatinya Rusia justru lebih banyak menyerang warga sipil Suriah.

Bahkan Guigou mengatakan, akan sangat munafik, bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi seluruh negara untuk menolak intevensi yang dilakukan Rusia di Suriah. Pasalnya, Prancis, dan sejumlah negara lain juga turut melakukan serangan udara di Suriah. Pada saat yang sama, politisi senior Prancis itu juga menekankan bahwa Rusia harus berkosentrasi penuh dalam melakukan serangan terhadap ISIS, tanpa sedikitpun menyentuh pasukan oposisi Suriah.

Namun kenyataanya apa yang dilakukan Rusia justru bergabung dengan rezim Suriah yang memusuhi ISIS dan juga pasukan oposisi Suriah. Sehingga otomatis Rusia juga akan menyerang keduanya. Bahkan warga sipil juga tak luput mendapatkan imbas dari serangan Rusia. Banyak dari warga sipil meninggal sebagai korban dari serangan udara Rusia.

Dari sisi lain juga tampaklah ketidak adilan dunia. Dimana ketika rakyat sipil Prancis meninggal akibat serangan teror, disebut sebagai tindakan terorisme. Namun ketika ratusan bahkan ribuan warga sipil Suriah meninggal akibat serangan udara yang dilakukan oleh pesawat tempur Rusia tidak disebut sebagai tindakan terorisme. Untuk itu kita harus adil dalam menyikapi dan mengambil jalan tengah dari semua peristiwa itu.



Penulis : Ghulam

No comments

Powered by Blogger.