Header Ads

Wartawan, Dalang Penggerak Opini Umat


Wartawan. Begitu profesi ini disebut. Sesuai dengan namanya, wartawan adalah seseorang yang mencari dan menyampaikan sebuah warta atau berita, baik dalam bentuk teks, foto maupun video. Sekilas saya menilai pekerjaan wartawan itu mudah, apa sulitnya membidikkan kamera, mencari sumber berita dan menulis sebuah berita. Namun setelah tahu seluk beluk menjadi seorang wartawan atau jurnalis, saya baru “ngerti” bahwa tugas seorang wartawan terkhusus wartawan muslim itu kompleks dan membawa misi perusahaan bahkan misi terpenting dakwah islam.
Andai saya seorang wartawan muslim, maka banyak hal yang harus saya input ke dalam otak dan mindset saya. Apa saja? mungkin bisa di sebut transfer intelegensi. Pengetahuan, pemahaman, sikap dan sifat yang sudah “antri” untuk memenuhi kecerdasan otak. Baik dengan upaya banyak membaca, ikut pelatihan-pelatihan jurnal, dan kemauan yg sungguh-sungguh. Ibarat sebuah komputer, saya seharusnya enggan mengandalkan harddisk internal, tapi juga harus memiliki harddisk eksternal untuk dapat menunjang dalam menyajikan penulisan sebuah berita.
Kata jurnalis senior,  nulis berita itu harus 5 W + 1 H. Artinya memenuhi Who (siapa), What (apa), When (kapan), Where (dimana) Why (mengapa) + How (bagaimana). Namun sepertinya kunci 5 W + 1 H itu nampaknya tidak sempurna bila tidak di barengi dengan W yang ke enam, W itu mewakili Wise atau bijaksana. Haram hukumnya seorang wartawan terkhusus wartawan muslim menyajikan berita bertele-tele dan membentuk opini masyarakat yang salah. Memang, seorang wartawan itu harus dekat dengan pembaca, maksudnya bukan secara riil, tetapi dekat karena tulisan yang ditulis mampu mengikat emosional pembaca, bahkan menjadi nilai dakwah dalam islam.
Pentingnya W ke-6 tersebut menunjukkan apakah berita tersebut sudah berimbang, apakah berita tersebut tidak menabrak norma etika, tidak menyudutkan salah satu pihak dengan sepihak. Konflik yang diciptakan oleh penulis biasanya secara tersirat menyudutkan salah satu pihak dengan tidak menyertakan bukti. Kasarannya, nuduh. Dalam hal inilah musuh-musuh islam dengan medianya berperan keji. Akibatnya umat Islam akan kacau pemikirannya akibat pembentukan opini publik yang negatif terhadap umat Islam dengan pemberitaan yang disajikan media-media mainstream tersebut, sehingga umat Islam sangat butuh pemberitaan yang bisa mengimbangi.
Disinilah sebetulnya peran seorang wartawan muslim. Mengapa diatas disebut bahwa profesi ini sungguh kompleks. karena profesi wartawan itu memegang kekuatan yang luar biasa yang disebut “opini publik”. Ketika publik digiring ke utara, maka akan ikut ke utara. Konon kekuatan opini publik bahkan mengalahkan kekuatan institusi keamanan dimana publik menjelma sebagai sebuah massa yang dapat bergerak tak tentu arah hanya dengan komando coretan pena yang tak seberapa mahal.

Dengan prisnsip dan etika yg di contohkan melalui al-Qur’an dan as-Sunnah, seperti halnya seorang jurnalis Islam itu harus bersikap skeptis atau tidak mudah percaya dengan informasi yang diperoleh apalagi informasi tersebut dari sumber yang masih belum jelas serta valid kebenarannya. Hal yang perlu dilakukan adalah mencari tahu kebenaran informasi itu dengan tabayun untuk mengklarifikasi serta menverifikasi kebenarannya(Qs.al-Haj : 96). Itulah salah satu dasar yang harus dipahami dan dimengerti para jurnalis Islam dalam menyajikan sebuah berita untuk publik.
Setidaknya ada 7 kaidah jurnalistik islami, yang harus d cermati oleh jurnalis muslim :
1.      tidak dusta/manipulasi data
2.      meneliti secara cermat kebenaran informasi, al-haj : 96
3.      menghindari olok-olok, penghinaan, ejekan atau caci maki yg dapat menimbulkan permusuhan, al-hujrot :11
4.      menhindari prasangka buruk/menuduh (trial by press)
5.      tdk mencari kesalahan-kslahan org lain (gosip)
6.      menghindari pemberitaan perbedaan pendapat dalam hal furu’
7.      amar ma’ruf nahi mungkar QS.ali-Imran
Berdakwah dan menimba ilmu itulah sosok wartawan muslim, berita yang ditulis otomatis menjadi sumber informasi tak hanya bagi publik namun bagi dirinya sendiri. Maka media islam pada saat ini di ibaratkan menjadi salah satu ujung tombak mengambil peran penting di medan dakwah dan perjuangan agama islam itu sendiri.
Pada akhirnya saya sadar bahwa menjadi seorang wartawan muslim bukan sekedar profesi belaka, namun sebuah kewajiban yg telah di syariatkan  al-Qur’an dan as-Sunnah bagi setiap muslim. Tak perlu menunggu menjadikannya sebuah profesi namun setidaknya kita bisa ikut andil dalam peran ini. DO IT NOW...!!!!!!

No comments

Powered by Blogger.