Bicara Soal Aksi Main Tangkap dan Fitnah Makar, Sekjen PKS: Ingat Masa Kelam Orba
SOHAFY, Jakarta - Polemik makar yang mengarah pada para ulama di tanah air
akhir-akhir ini mencuat. Setelah banyaknya kritikus pemerintah yang notabenenya
adalah ulama angkat bicara terkait kasus penistaan Al-Quran oleh terdakwa
gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang terus disuarakan.
Tidak pelak, hal itu pun ikut menarik sorotan para tokoh
politik di tanah air. Sekjen fraksi PKS, Mustafa
Kamal SS, dalam wawancaranya
dengan Kiblat.net pada hari Senin (3/4) angkat bicara.
Ia mengungkapkan, aksi main tangkap dan fitnah makar yang
menyasar para kritikus pemerintah dari kalangan aktivis dan ulama dikhawatirkan
akan mengusik rasa keadilan masyarakat.
“Jangan sampai mengusik rasa keadilan masyarakat, ada yang
jelas-jelas sudah punya masalah hukum, dan sebetulnya tersedia ruang untuk
penahanan. Apalagi kalau terlihat pada pengulangan ada efek pada publik yang
luas, ada keresahan di masyarakat tapi tidak ditahan, sementara yang sedang
menyerukan pikiran pikirannya dituduh makar,”katanya di Gedung Nusantara 1
Lantai 3, DPR RI, Jakarta.
“Inikan jadi kembali mengingatkan kita pada masa-masa kelam
di orde baru, itu saya kira harus dihindari ya,”lanjutnya.
Lebih jauh, ia pun mengkhawatirkan suasana ala orba terjadi
di era reformasi seperti sekarang.
“Nuansanya itu jangan terulang ya, seperti dimasa orde baru,
tentu di era reformasi sekarang tidak bisa tindakan-tindakan diluar prosedur
hukum. Dan juga karena alasan politis saja seseorang ditangkap, ditahan,
dipenjarakan, di era reformasi ini tidak mungkin. Tetapi juga, jangan sampai
berlebihan, dicari alasan-alasan yang mengarah kepada gangguan-gangguan di
wilayah privasi. Jangan sampai mengundang masalah-masalah baru yang kemudian
menjadi compleceted,” terangnya.
Tidak hanya itu, ia juga menduga adanya islamophobia di
pemerintahan, ini tercermin dari kesigapan pemerintah dalam bertindak.
“Sebetulnya tidak ingin mengaitkan ya, tetapi kenapa
seolah-olah yang sekarang ini sangat mudah dan cepat respon aparat keamanan itu
pada kalangan ulama dan jamaahnya yang sedang berekspresi di era demokrasi ini.
Sehingga kita mengkhawatirkan adanya dikotomi yang tidak perlu, seolah-olah
pemerintah itu menjadi phobia terhadap apa-apa yang berbau keagamaan atau
keislaman,” jelasnya.
Walhasil, ia pun mengkhawatirkan hal ini akan menjadi
kompleks karena terus menambah jumlah masalah baru tanpa ada penyelesaian
masalah sebelumnya.
“Yang saya khawatirkan tadi, komplikasi. Itu persoalan
sendiri tidak terselesaikan, kan kalau orang berekspresi berdemonstrasi dalam
demonstrasi kan ada pesan. Pesannya itu tidak menemui jawaban, tidak ada
solusinya tapi malah menimbulkan masalah-masalah baru yang komplikasi pada
stabilitas politik kita,” ujarnya.
Diakhir ia pun meminta agar pemerintah bukanlah hal yang
ditakuti oleh masyarakat. Karena yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah rasa
aman dan tenang.
“Jangan negara itu seperti mimpi buruk bagi
masyarakat,”tutupnya.
Oleh : Azzam Barbarossa
Post a Comment