Header Ads

Assad Mengancam, Tidak Ada Proses Politik di Suriah Sebelum Kalahkan Teroris


Presiden Suriah Bashar Assad mengancam, tidak akan ada proses politik di Suriah sebelum mengalahkan teroris. Dalam hal ini Assad juga menyalahkan Barat dalam kelahiran organisasi IS-ISIS.

"Tidak bisa menjadi langkah sebagai proses transisi untuk menyediakan pemilihan di Suriah, selama situasi di beberapa daerah negara masih di bawah kendali oposisi bersenjata," tegur Assad sebagaimana dilansir oleh situs Al Jazeera pada Kamis, 19 November 2015.

Hal demikian juga disampaikannya dalam sebuah wawancara dengan televisi Pemerintah Italia Aloravae yang ditayangkan kemarin. "Tidak bisa memulai sesuatu, sebelum kalahkan teroris yang menempati bagian dari Suriah."

Assad menunjukkan, ketika menangani situasi ini di Suriah, mungkin hanya dalam waktu setengah tahun atau sampai dua tahun sudah cukup untuk transisi.

Adapun ketika ia ditanya mengenai wilayah yang telah dikendalikan oleh tentaranya, Assad menjawab sebagian besar wilayah di Suriah yang dikendalikan oleh apa yang disebutnya "teroris" telah dikosongkan. Lanjutnya bahkan 50% atau 60% dari wilayah di Suriah telah kosong dan tak berpenghuni.

Padahal sebelumnya dalam pertemuan Wina pada Sabtu di Suriah lalu telah mengadopsi jadwal pembentukan pemerintahan transisi. Pembentuka yang akan diselenggarakan dalam waktu enam bulan mendatang dan akan mengadakan pemilihan dalam waktu 18 bulan. Sementara mengenai nasib Assad selanjutnya, tidak ada kesepakatan dalam pertemuan tersebut.

Assad dengan kebijakannya ia juga meminta tanggung jawab atas negara-negara Barat untuk mengatur negaranya. Sebab katanya Assad tidak memiliki inkubator alami maupun inkubator sosial di dalam wilayah Suriah.

"Kelahiran organisasi IS-ISIS bukan berasal dari akibat konflik Suriah. Tetapi sebagaimana pernyataan mantan menteri pemerintahan Inggris Tony Blair, yang mengatakan bahwa perang di Irak telah memberikan kontribusi pada munculnya organisasi IS-ISIS," pungkas Assad.

Penulis  : Hafis Syarif
Sumber : Al Jazeera

No comments

Powered by Blogger.