Negeri Boneka Tali
Akhir-akhir ini,
kita perlu mengkritisi Negeri yang menganut "Keadilan
sejahtera". Dari mana negeri ini bisa dikatakan adil, ketika
berbagai masalah tidak diselesaikan dengan hukum yang tegas.
Sejenak, kita perlu mereview kembali tragedi Tolikara yang dilakukan
massa Kristen terkait pembakaran Masjid, rumah dan kios kaum
Muslimin. Pemerintah hanya bisa menangkap, bahkan sebelumnya pelaku
juga didatangkan ke Istana untuk diajak dialog dan makan bersama.
Tapi, bagaiman
tindakan pemerintah yang dilakukan pada tragedi Aceh Singkil,
Selasa,13 Oktober 2015 terkait pembakaran gereja yang belum
mendapatkan ijin atau ilegal tersebu. Pemerintah bertindak cepat dan
tegas untuk menyelesaikan masalah ini.
Apakah nantinya
pelaku pembakaran gereja ilegal juga diberlakukan sama untuk diajak
makan bersama di Istana?
Saya rasa tidak,
karena kita melihat sendiri, yang jelas- jelas Masjid di Tolikara
mempunyai status kepemilikan yang resmi, hanya 2 orang pelakunya yang
ditangkap bahkan hanya dihukumi sebagai tahanan kota alias dibebaskan
dalam kota itu saja.
Tapi,bagaimana yang
terjadi di Aceh singkil, saat ini 50 orang terkait ditahan semua
tanpa melakukan dialog terlebih dahulu.
Bahkan jokowi
sendiri berkicau menanggapi pembakaran Gereja ilegal ini. Tapi
bungkam saat umat Kristen membakar Masjid, rumah dan sejumlah kios
kaum muslimin Tolikara.
"Hentikan
kekerasan di Aceh Singkil. Kekerasan berlatarbelakang apapun, apalagi
agama dan keyakinan merusak kebhinekaan - Jkw" tulisanya pada
Rabu (14/10).
Hal ini sangat
memprihatinkan, bagaimana tidak, Seorang pemimpin yang seharusnya
bijak, tegas serta amanah dalam menanggapi permasalahan tapi ternyata
ada ketidakimbangan dalam masalah ini. Apakah ini yang disebut
tindakan "keadilan" itu?
seakan hukum
dinegara ini bisa diatur dan diubah seenaknya oleh pemegang
kekuasaan, yang dirasa memiliki kepentingan didalamnya.
Tentu kita miris,
melihat umat islam yang mayoritas akan tetapi diatur oleh minoritas.
Masih ingatkah kita tentang "boneka tali"? Sebuah
permainan boneka yang diatur oleh tangan seseorang supaya bisa
bergerak sesuai keinginan sang Dalang.
Saat ini, Kita bak
"boneka tali" tersebut, yang diatur oleh seseorang sesuai
dengan keinginan dan kepentinganya.
Kita tidak bisa
mengangkat hak- hak kita sebagai umat Islam. Sedikit kerusuhan yang
disebabkan oleh tangan kaum Muslimin, Maka media akan memberitakanya
dengan aksi "terorisme", lain halnya jika pelakunya diluar
Muslim. Maka, hanya disebut sebagai kriminal biasa. Kita umat Islam
perlu bangkit untuk membela hak- hak kita, beralih dari UU
sekulerisme dengan syariat Islam yang adil dan tegas.
Penulis:Frian Alvian
Post a Comment