Header Ads

Story of Bilal Abdul Kareem: Tentang Suriah dan Al-Qaidah (Bag.2)


Foto: Wawancara Bilal Abdul Kareem denga Syaikh Al-Muhaisini

KIBLAT.NET, Damaskus- Di langit utara Suriah, melintas jet tempur yang membayangi dataran di bawahnya. Tiba-tiba, burung besi itu menelurkan sebuah rudal, meluluh lantahkan apapun yang dihantamnya di daratan.

Tak lama kemudian, tampilah seorang keturunan Afrika-Amerika, berbadan kurus-tinggi, berkepala botak dan berjanggut. Dia mendokumentasikan dan melaporkan peristiwa yang terjadi langsung dari lokasi kejadian.

“Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, I’m Bilal Abdul Kareem from On The Ground News,” begitulah gaya khas mantan komedian asal New York mengenalkan diri kepada pemirsa. Muallaf yang memiliki nama kecil Darrell Lamont Phelps itu lalu menceritakan secara detail serangan drone Amerika Serikat yang baru saja terjadi.

Laporan bulan Januari 2017 itu hanyalah satu dari ratusan hasil reportase yang dilakoni oleh Bilal Abdul Kareem sejak terjun langsung dalam peperangan Suriah. Ia dikenal sebagai jurnalis barat yang aktif meliput di daerah-daerah yang dikuasai oleh oposisi Suriah.

Sepanjang perjalanannya, Bilal telah banyak mewawancarai pejuang oposisi yang berasal dari luar Suriah. Bahkan, tokoh-tokoh oposisi pun kerap diwawancarainya sekalipun itu orang-orang yang berafiliasi kepada Al-Qaidah. Kendati demikian, dia termasuk orang yang keras mengkritik orang-orang yang tergabung dalam ISIS.

Salah-satu tayangan yang banyak menarik perhatian, ketika Bilal melakukan wawancara esklusif dengan salah-satu tokoh pergerakan jihad di Suriah, Syaikh Al-Muhaisini. Wawancara semacam itu banyak menuai kritik dari barat maupun sekutu-sekutu Bashar Al-Assad. Mereka menyebut bahwa Bilal merupakan seorang propagandis jihad.

Pemerintah Suriah dan sekutunya Rusia mengatakan bahwa Bilal bekerja sama dengan teroris. Kendati demikian, Amerika Serikat tidak menonjolkan sikap atas karyanya. Bahkan, analis terorisme pun mengatakan bahwa Bilal mampu memikat pemirsa dengan pendekatan dan gaya bicaranya.

“Pendekatannya lembut, pendekatan yang berlapis manis,” tutur Alberto M. Fernandez mantan pejabat kontraterorisme di Departemen Luar Negeri yang sekerang menjabat sebagai wakil presiden Middle Easti Media Research Institute.


Saya adalah Seorang Jurnalis!

Terlepas dari segala pandangan terhadap dirinya, Bilal menyatakan bahwa dia adalah seorang jurnalis independen dan bukan simpatisan ataupun anggota dari salah-satu faksi oposisi Suriah. Hal itulah yang disampaikanya ketika diwawancarai oleh Ben Hubbard, wartawan dari The New York Times.

“Apakah menurutmu perang ini membutuhkan seorang berkulit hitam, tanpa rambut di kepalanya lalu menenteng Kalashnikov?” Tanyanya sambil tertawa.

Bilal yang mudah bergaul dan pandai mengundang tawa juga digambarkan oleh Hubbard dalam tulisannya yang berjudul Reporting From Syria, an American With a Point of View and a Message. Dia menceritakan, ketika menghubungi Bilal untuk meminta waktu wawancara melalui Skype, Bilal justru bercanda dengan mengajaknya mampir ke salah-satu rumah makan di Suriah utara.

“Dia bersikeras bahwa dia adalah seorang jurnalis independen yang bukan anggota kelompok militan, menentang kekerasan terhadap warga sipil dan tidak memikul senjata,” mengutip tulisan Hubbard dalam laporannya.

Namun Bilal mengakui bahwa dia banyak berkomunikasi dengan faksi-faksi oposisi Suriah termasuk Al-Qaidah. Menurutnya, hal itu dilakukan sebagai tugas jurnalisme dan untuk membuka mata orang-orang tentang pandangan mereka.

“Barat terlalu sering menjauhi pejuang Islam karena disebut teroris tanpa memahami apa yang memotivasi mereka, begitu juga pejuang Islam memahami Amerika” ujar Bilal.

Bilal mengakui bahwa dialog antara barat dan Islam adalah usaha yang panjang. Terutama setelah Presiden Trump jelas-jelas menyatakan perang terhadap terorisme yang mengarah pada Islam.

 “Bila saya melakukan percakapan seperti ini dengan anggota Al-Qaidah, terkadang Anda menerima alasan mereka dan terkadang tidak,” ungkapnya. “Tapi saya bertannya-tanya, bagaimana reaksi orang-orang jika saya berjalan di Washington lalu berkata, ‘Hey guys, saya ingin berbicara dengan Anda tentang Al-Qaidah’,” sambungnya. Bilal mengaku penasaran dan bertanya-tanya apakah ada orang Amerika mau minum teh bersamanya untuk bercakap-cakap tentang Al-Qaidah


Pandangan Tentang Perang Suriah

Dia telah meliput berbagai aspek perang, termasuk warga sipil yang terluka akibat serangan udara, penghancuran yang disebabkan oleh serangan roket dan wawancara dengan para pejuang.

Menurutnya, menjalankan tugas jurnalisme dalam pertempuran melawan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad adalah perjuangan terhadap penindas yang brutal. Baginya, perang Suriah bukanlah perang saudara melainkan adalah perang atas penindasan yang dilakukan suatu sekte tertentu.


“Ini perang sektarian dan jangan sampai ada yang bilang tidak,” katanya. “Jika mereka mengatakan bahwa itu tidak, mereka tidak tahu atau mereka berbohong.”


Sumber: Kiblat.net

No comments

Powered by Blogger.