Header Ads

Mantan Ketua Komisi Yudisial: Politik dan Agama Akan Sulit Jika Dipisahkan



Dr. Suparman Marzuki (Kanan)


Mantan Ketua Komisi Yudisial Periode 2013-2015, Dr. Suparman Marzuki, menegaskan bahwasanya politik itu sulit untuk dipisakkan dari agama, jikalau agama yang dimaksut itu merupakan agama yang merupakan bagian dari fenomena budaya.

”Agama sebagai  ritual memang tidak ada hubungannya sama politik,  tapi agama sebagai bagian dari  fenomena budaya itu susah untuk dipisahkan.” Ujarnya,  di Gedung Dakwah Muhammadiyah, jl Menteng Raya 62, Jakarta Pusat,  Kamis (30/03).

Pria yang lahir di Lampung, pada 2 Maret 1961 tersebut, berpendapat bahwa maksut perkataan presiden perihal pemisahan politik dengan agama, ialah menggabungkan ritual-ritual agama dengan politik, bukan agama sebagai gejala sosial.

“Mungkin yang dimaksut presiden itu jangan mencampur adukkan ritual-ritual dengan politik. Saya setuju kalau konteksnya itu,” imbuhnya.

Menurutnya apabila agama sebagai gejala sosial dipisahkan dari politik itu akan sulit terjadi, hal tersebut juga akan muncul dimanapun. Ia menegaskan bahwa agama sebagai gejala sosial dalam politik seperti dibangunnya gereja di eropa yang terkadang gereja tersebut menjadi kekuatan politik tertentu.

Sebagaimana diketahui, Polemik perihal pemisahan agama dari politik muncul setelah adanya pidato presiden Joko Widodo, di Tugu Titik Nol Pusat Peradaban Islam Nusantara, Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Menurutnya masihterdapat gesekan kecil yang terjadi saat pemilihan kepala daerah. Hal ini tak terlepas dari persoalan suku hingga agama.

Ia menegaskan bahwa persoalan politik dan agama harus dipisah, tidak boleh digabungkan. “Inilah yang harus kita hindarkan. Jangan sampai dicampuradukkan antara politik dan agama, dipisah betul, sehingga rakyat tahu mana yang agama, mana yang politik,” ujar Presiden ke-7 itu.


REPORTER : Uze Mahdy

No comments

Powered by Blogger.