Krisis Sumber Daya Energi, Palestina di Ambang Ketakutan
SOHAFY, Palestina - Ketakutan akan krisis energi baru di Gaza muncul kembali,
karena pasokan bahan bakar dari Qatar dan Turki akan berakhir pada pertengahan
April.
Energi di Gaza dan Otoritas penyedia SDM mengumumkan bahwa
mereka tidak akan mampu untuk membeli bahan bakar dengan harga yang ditentukan
oleh PA—Otoritas Palestina—yang berkuasa di Tepi Barat. Disebabkan kondisi
keuangan yang dihasilkan dari pengepungan Israel di Jalur Gaza.
“Pasokan bahan bakar untuk dua kilang BBM akan habis pada
hari Kamis. Ini sudah termasuk pasokan dari Qatar senilai $ 12 juta—159 miliar—dan
sudah berlangsung selama lebih dari tiga bulan, serta hibah dari
Turki yang telah
memasok 8.000 ton bahan bakar untuk kekuatan,”kata Otoritas Sumber Daya Gaza.
Energi dan Otoritas SDM menjelaskan bahwa tidak mungkin utuk
membeli bahan bakar pada harga yang telah ditetapkan oleh Otoritas Palestina,
karena harga tinggi yang dihasilkan dari pajak tambahan.
Seorang anggota Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina,
Talal Abu Zarifa mengatakan, krisis listrik di Jalur Gaza selama sepuluh tahun
telah menjadi sumber gangguan potik. Dalam sebuah wawancaranya dengan Quds
Press, ia meminta kepemimpinan Palestina untuk melaksanakan proyek-proyek yang
akan mengakhiri krisis listrik secara permanen.
Meskipun sudah ada beberapa proyek yang berkontribusi
sebagai tambahan energi yang dimiliki setelah semuanya ditutup. Namun kesenjangan
yang signifikan tetap ada mengingat kapasitas maksimum hanya berkisar 270
megawatt, sedangkan permintaan tertinggi pada saat itu berkisar 600 megawatt.
Saat ini listrik di Gaza akan menyala selama 8 jam/hari
apabila pembangkit listrik normal. Namun apabila pembangkit listrik berhenti
bekerja, maka hanya berkisar 6 jam/hari.
Oleh : Azzam Barbarossa
Sumber : Middle East Monitor
Post a Comment