Header Ads

Islam liberal



Islam   liberal

Dalam perkembangan liberalism, mereka terbentuksecara bertahab. Dan tidak terbntuk oleh satu pemikir, akan tetapi iya terbentuk oleh beberapa pemikir yang memberikan konstribusi bagi idiologi tersebut, sehingga terbentuklah sebuah  isme yang mementingkan akal dan  logika. Seperti perkataan Dr. Abdurrahim Shamâyil.
Dr. Abdurrahim Shamâyil mengatakan, “Liberalisme secara teori politik, ekonomi dan sosial tidak terbentuk dalam satu waktu dan oleh satu tokoh pemikir, akan tetapi ia dibentuk oleh sejumlah pemikir. Liberalisme bukan pemikiran John Luke (w 1704), bukan pemikiran Rousseau (1778), atau pemikiran John Stuart Mill (w 1873), akan tetapi setiap dari mereka memberikan konstribusi yang sangat berarti untuk ideologi liberalisme.”
Definisi Liberalisme
Liberalism, adalah sebuah istilah yang diambil dari bahasa inggris yang berarti kebebasan. Kata ini diambil dasi kata “liberty” atau “liberte” dalam bahasa Prancis, yang berartikan bebas. Istilahn ini dating dari Eropa, para ahli berselisih dalam mendefinisikan pemikiran ini. Akan tetapi, seluruh definisi, kembali kepada pengertian kebebasan dalam pandangan Barat. The World Book Encyclopedia menuliskan pembahasan Liberalism, bahwa istilah ini dianggap masih samar, karena pengertian dan pendukung-pendukungnya berubah dalam bentuk tertentu dengan berlalunya masa.
Syaikh Sulaiman al-Khirasyi menyebutkan, liberalisme adalah madzhab pemikiran yang memperhatikan kebebasan individu. Madzhab ini memandang, wajibnya menghormati kemerdekaan individu, serta berkeyakinan bahwa tugas pokok pemerintah ialah menjaga dan melindungi kebebasan rakyat, seperti kebebasan berfikir, kebebasan menyampaikan pendapat, kebebasan kepemilikan pribadi, kebebasan individu, dan sejenisnya
Pada namanya sudah jelas bahwasanya inj adalah sebuah pemikiran baru, atau sebuah isme yang mementingkan kebebasan dalam segala aspek. Pemikiran ini memisahkan antara hokum-hukum duniawi dengan agama, kesetaraan gender dan kebebasan kebebasan yang lainnya, dalam islam ia juga meyetarakan antara perempuan dan laki-laki.
Maraknya Kaum Liberal di Indonesia, Beserta Tokoh-Tokohnya.
Liberal, sebuah paham yang menjajikan kebebasan dalam berpikir, hidup, dan beragama. Dalam pemikiran ini, banyak anak muda yang mengikuti paham ini. Dikarnakan mereka banyak yang mencari kebebasan dalam hidup sehinga bebas dalam memuaskan hawa nafsunya. Kebebasan ini lah yang banyak di cari oleh para pemuja nafsu sehinga dengan adanya pemikiran ini mereka san gat terbantu dalam menyalurkan hawa nafsu.
Adakah Islam Liberal?
Isla m liberal, sangat mengherankan sekali. Karena tidak mungkin bias menggabungkan antara islam dan liberal, sudah pasti bahwa kebebasan yang di tawarkan oleh pemikiran ini menentang ajaran ajaran Islam. Apabila ada orang yang menyatakan bahwasanya dirinya adalah islam liberal atau  istilah jaringan islam liberal, maka ini adalah suatu perkara yang kontradiktif.
Coba kita bayangkan bahwa Islam menurut bahasa “pasrah”, tunduk kepada Allah. Ia akan pasrah dengan menaati printah Allah daN rosul-Nya. Tidak semena mena dengan apa yang ia lakukan, dan terikat dengan hak atas hamba kepada Robbnya. Sedangkan liberal adalah kebebasan, bebas dengan semanya untuk menjalani hidup..
Di Indonesia menurut luthfi, isme ini mulai dikenal sejak tahun 1950-an dan mulai berkembang pada 1980-an. Dengan tokoh Nor Kholis Masjid, walaupun dia tidak mengakuinya, akan tetapi pemikirannya sama.
Setelah Nur KHolis Majid  meluncurkan sekularisasi dan ide-ide teologi inklusif-pluralisme dengan Paramadinanya. Kini kader-kader Nurkholis mengembangkan gagasannya yang lebih itensif lewat yang mereka sebut Jaringan Islam Liberal, dan di singkat dengan JIL.
Mereka Mulai aktif pada maret 2001, dengan forum diskusi maya yang tergabaung dalam islamliberal@yahoogroups.com, Juga ada pada websit www.islamlib.com. Mereka juga menguasai satu halaman Jawa Pos, dan berbagai media cetak maupun online.
Mereka juga mepromosikan pemikiran pemikiran itu ke dalam lembaga-lebaga pendidikan , seperti di universitas-universitas. Mereka menggabungkan ajaran dan memodifikasi ajaran tersebut, dalam tersebarnya JIL di Indonesia tak luput dari beberapa orang ini, yaitu tokoh-tokoh seperti Ulil Abshar Abdalla, Zuhairi Musrawi, Denny JA dan Abdul Moqsith Ghazali.

Akar Permasalahan Liberalisme
Menurut pandangan secara umum akar liberalisme ada tiga. Yaitu; kebebasan, individualisme, rasionalis (‘aqlani, mendewakan akal).
Asas Pertama, Kebebasan : Yang dimaksud dengan asas ini, ialah setiap individu bebas melakukan perbuatan. Negara tak memiliki hak mengatur. Perbuatan itu hanya dibatasi oleh undang-undang yang dibuat sendiri, dan tidak terikat dengan aturan agama. Dengan demikian, liberalisme merupakan sisi lain dari sekulerisme, yaitu memisahkan dari agama dan membolehkan lepas dari ketentuan agama. Sehingga asas ini memberikan kebebasan kepada manusia untuk berbuat, berkata, berkeyakinan, dan berhukum sesukanya tanpa dibatasi oleh syari’at Allah. Manusia menjadi tuhan untuk dirinya dan penyembah hawa nafsunya. Manusia terbebas dari hukum, dan tidak diperintahkan mengikuti ajaran Ilahi. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. [al-An’âm/6:162-163]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. [al-Jâtsiyah/45:18].
Asas Kedua, Individualism (al-fardiyah) : Dalam hal ini meliputi dua pengertian.
Pertama, dalam pengertian ananiyah (keakuan) dan cinta diri sendiri. Pengertian inilah yang menguasai pemikiran masyarakat Eropa sejak masa kebangkitannya hingga abad ke-20 Masehi. Kedua, dalam pengertian kemerdekaan pribadi. Ini merupakan pemahaman baru dalam agama Liberal yang dikenal dengan pragmatisme.

Asas ketiga, yaitu rasionalisme (aqlaniyyun, mendewakan akal). Dalam artian akal bebas dalam mengetahui dan mencapai kemaslahatan dan kemanfaatan tanpa butuh kepada kekuatan diluarnya.
Hal ini dapat tampak dari hal-hal berikut ini:
1. Kebebasan adalah hak-hak yang dibangun diatas dasar materi bukan perkara diluar materi yang dapat disaksikan (abstrak). Dan cara mengetahuinya adalah dengan akal, panca indera dan percobaan.

2. Negara dijauhkan dari semua yang berhubungan dengan keyakinan agama, karena kebebasan menuntut tidak adanya satu yang pasti dan yakin; karena tidak mungkin mencapai hakekat sesuatu kecuali dengan perantara akal dari hasil percobaan yang ada. Sehingga –enurut mereka- manusia sebelum melakukan percobaan tidak mengetahui apa-apa sehingga tidak mampu untuk memastikan sesuatu. Ini dinamakan ideology toleransi. Hakekatnya adalah menghilangkan komitmen agama, karena ia memberikan manusia hak untuk berkeyakinan semaunya dan menampakkannya serta tidak boleh mengkafirkannya walaupun ia seorang mulhid (menentang Allah dan RasulNya). Negara berkewajiban melindungi rakyatnya dalam hal ini, sebab negara –versi mereka terbentuk untuk menjaga hak-hak asasi setiap orang. Hal ini menuntut negara terpisah total dari agama dan madzhab pemikiran yang ada.  Ini jelas dibuat oleh akal yang hanya beriman kepada perkara kasat mata. Sehingga menganggap agama itu tidak ilmiyah dan tidak dapat dijadikan sumber ilmu. Ta’alallahu ‘Amma Yaquluna ‘Uluwaan kabiran (Maha Tinggi Allah dari yang mereka ucapkan).
3. Undang-undang yang mengatur kebebasan ini dari tergelicir dalam kerusakan –versi seluruh kelompok liberal – adalah undangundang buatan manusia yang bersandar kepada akal yang merdeka dan jauh dari syari’at Allah. Sumber hukum mereka dalam undang-undang dan individu adalah akal.
Kesimpulan
 Dilihat dari konsep pokoknya, pemikiran liberalisme sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Kebebasan mutlak ala liberalisme adalah kebebasan yang mencederai akidah Islam, ajaran paling pokok dalam agama ini. Liberalisme mengajarkan kebebasan menuruti semua keinginan manusia, sementara Islam mengajarkan untuk menahannya agar tidak keluar dari ketundukan kepada Allah. Hakikat kebebasan dalam ajaran Islam adalah, bahwa Islam membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama makhluk, kepada penghambaan kepada Rabb makhluk.
Begitu pun dengan otoritas akal sebagai sumber nilai dan kebenaran dalam ‘ajaran’ liberalisme. Sumber kebenaran dalam Islam adalah wahyu, bukan akal manusia yang terbatas dalam mengetahui kebenaran. Dengan demikian, menerima liberalisme berarti menolak Islam, dan tunduk kepada Islam berkonsekwensi menanggalkan faham liberal.

Pen : Aliga.

No comments

Powered by Blogger.